Kamis, 12 April 2007
Palembang – Satu buah keris, satu buah parang serta 60 koin yang diduga peninggalan kesultanan Palembang Darussalam diserahkan oleh Baki Hamim dan Abdul Khalik kepada pemerintah kota Palembang. Rencananya, barang berharga tersebut akan disimpan di musim Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang sebagai koleksi museum kebanggaan wong Palembang ini. Baki Hamim (74), tokoh masyarakat Plaju yang tinggal di jalan Sungai Gerong, gang Ilham RT7 no 21 Plaju ilir yang menyerahkan keris dan parang tersebut menyatakan, kedua benda pusaka tersebut diperkirakan berusia 400 tahun. Sebab, kedua pusaka itu adalah peninggalan Buyutnya, Punggawa Nato. Lalu benda pusaka tersebut diturunkan kepada cucu-cucunya yaitu Cahya Syarief, Punggawa Saleh, Nazaruddin dan Muhammad Agus. “Kata mertua saya, keris tersebut sudah berusia 400 tahun. Saya sendiri adalah menantu dari Punggawa Saleh dengan menikahi putrinya, Siti Zainab. Buyut, Punggawa Nato meninggal dalam usia 125 tahun, Cahya Syarif meninggal dalam usia 105 tahun sedangkan Punggawa Saleh meninggal dalam usia 102 tahun,” ungkap Baki pada Koran ini di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Palembang kemarin. Perlu diketahui, keris dan parang tersebut kelihatannya memang sudah berusia ratusan tahun. Itu terlihat dari guratan-guratan pada kedua jenis pusaka yang sudah berkarat dan berwarna kehitam-hitaman. Bahkan, kayu untuk pegangan keris dan parang tersebut pun terbuat dari kayu yang sangat keras, juga berwarna hitam. “Keris dan Pedang ini sebenarnya dipegang oleh Nazaruddin, adik ipar saya. Namun, karena dia dan anaknya (Muh Agus) pindah ke Lampung, maka keris dan parang tersebut disuruh untuk di berikan kepada museum sini melalui saya,” tambahnya. Sementara itu, koin kuno peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam yang diserahkan oleh Abdul Khalik (40). Warga jalan Pangeran Sida Ing Lautan RT 1 No 37 kelurahan 35 Ilir, Kedukan bukit adalah hasil koleksi pribadi selama kurang lebih satu tahun. Dari 60 koin yang diserahkan kepada musium Palembang Darussalam II ini, kebanyakan berasal dari masyarakat sungai Kedukan Bukit dan sekitar. Selama ini, mata koin ini didapatkan dari penambang barang-barang yang ada daerahnya tersebut. “Koin ini kita kumpulkan mulai setahun yang lalu. Dari 60 koin yang saya serahkan ini, paling tua berusia 1023 H dan 1253 H. mudah-mudahan dari koin yang saya berikan ini dapat memberikan informasi sejarah yang benar tentang kerajaan Palembang,” tegasnya. Ternyata, di koin raja Sriwijaya yang menggunakan gelar sultan adalah di tahun 1663 M. ternyata, di koin yang ditulis pada tahun 1613 M, disana dituliskan Sultan Fi Balad Palembang. Dan juga, uang koin tersebut, sepertinya semuanya terbuat dari timah. “Tulisan yang ada di uang koin tersebut, semuanya adalah berhuruf Arab Melayu,”tutupnya.Drs Hendri Yansyah, kepala dinas pariwisata dan kebudayaan Palembang menyatakan, dengan penyerahan benda pusaka dan mata uang koin ini, diharapkan akan dicontoh warga-warga kota Palembang maupun Sumsel untuk menyerahkan benda-benda berharga kepada museum di Palembang maupun dinas yang berwajib. “Mudah-mudahan saja, penyerahan ini akan dicontoh warga lainnya. Kita atas nama pemerintah kota Palembang sangat berterima kasih atas penyerahan benda yang tidak ternilai harganya ini,” tukasnya. (30)
Sumatera Ekspres, 12 April 2007
No comments:
Post a Comment