Tuesday, June 16, 2009

Koin Kuno: Mengungkap Sejarah Kesultanan Palembang Darusalam

Koin Kuno: Mengungkap Sejarah Kesultanan Palembang Darusalam

A.Khalik R Muhibat


Kesultanan Palembang Darusalam mulai berdiri sejak kedatangan Ariodamar putra Prabu Brawijaya V ke Palembang setelah hijrah dari Jawa. Di Palembang, ia mengetahui ternyata Palembang tidak tunduk kepada Majapahit, di Palembang kala itu terdapat 4 penguasa antara lain Sultan Mughni. Ario Damar kemudian masuk Islam dan mengawini anak Sultan Mughni. Ariodamar berganti nama menjadi Ariodillah atau Ario Abdillah, dan kemudian menjadi penguasa Palembang. Ariodillah memerintah dari tahun1455-1486. Kala itu perdagangan Palembang dengan negeri-negeri lain telah terjalin, antara lain dengan kesultanan Malaka, hal ini dibuktikan dengan ditemukan di Palembang uang koin dari Malaka yang tertulis ”Muzaffar Shah Al Sultan” , sedangkan sisi sebaliknya tertulis ”Nasir al Dunia Wa'l Din” yang berarti ’Sukses dunia dan agama’. Sultan Muzaffar Shah memerintah Malaka dari tahun 1446 sampai 1456. Sultan Muzaffar Shah adalah sultan ketiga Malaka, beliau adalah generasi ketiga dari Parameswara / Iskandar Shah, Sultan pertama Malaka, yang berasal dari Palembang.
Menurut Kenny Ong, pemerhati koin nusantara yang tinggal di Malaka, koin Kesultanan Palembang ditemukan juga di Malaka. Hal ini menunjukkan bahwa pada zaman Kesultanan Palembang telah terdapat hubungan dagang antara Malaka dan Palembang.
Hubungan dagang dengan Banten juga telah berjalan pada abad ke-16, hal ini dibuktikan dengan ditemukan di Palembang, uang koin dari kesultanan Banten. Koin yang terbuat dari perunggu memakai huruf Jawa itu tertulis ”Pangeran Ratou”. Koin ini dibuat pada zaman Sultan Maulana Muhammad. Sultan Banten ini meninggal di Palembang, dalam penyerbuan Banten terhadap Palembang tahun 1590.
Dalam transaksi perdagangan kesultanan Palembang telah memakai uang sendiri, tidak diketahui secara pasti kapan mulai dibuat uang kesultanan Palembang. Dari uang koin kesultanan Palembang yang tertua ditemukan tertulis tahun 913 H atau 1506 masehi. Dimana tertulis” Sultan fi Balad Palembang 913” yang berarti Sultan Negeri Palembang tahun 913 hijriah. Sedangkan koin tertua berikutnya adalah koin yang bertulis ” Sultan Fi Balad Palembang 1023 ” yang berarti Sultan Negeri Palembang 1023 hijriah / 1613 masehi. Pada tahun 1613 masehi tersebut yang memerintah Palembang adalah Pangeran Madi Angsoko.
Adanya koin yang bertulis” Sultan Fi balad Palembang 913 ” dan koin yang bertulis ” Sultan Fi balad Palembang 1023 ” ini menyatakan bahwa pada tahun 913 H/ 1506 masehi dan tahun 1023 H/1613 masehi tersebut penguasa Palembang telah memakai gelar sultan. Keterangan kedua koin ini berbeda dengan pendapat beberapa ahli sejarah antara lain dari Badan Arkeologi Palembang dalam tulisannya yang berjudul Situs Bersejarah di Palembang dalam buku Jati Diri Yang Terlupakan” Naskah-Naskah Palembang” terbitan Yanassa 2004 dan juga menurut buku ” Sejarah Perjuangan Sultan Mahmud Badarudin II Pahlawan Kemerdekaan Nasional”, terbitan Pemerintah Daerah Tk I Sumatera Selatan tahun 1986, dan buku” Kronijk van Palembang ”yang menyatakan gelar sultan atau sultan pertama Palembang dipakai oleh Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Saidul Iman pada tahun 1662
Uang koin kesultanan Palembang berikutnya yang ditemukan adalah koin yang terbuat dari timah putih, tertulis Masruf fi balad Palembang 1091 dan koin Sultan Fi Balad Palembang 1113” koin ini dibuat pada masa pemerintahan Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Saidul Iman . Ada beberapa seri koin keluaran tahun ini, ada yang tertulis tahun 13, 113 dan 1113 dengan bentuk yang sama tapi beda cara penulisan tahun.
Sebagian besar uang koin kesultanan Palembang terbuat dari timah putih, hal ini karena bahan baku inilah yang banyak ditemukan di wilayah kesultanan Palembang, yaitu Bangka Belitung. Koin yang terbuat dari timah lebih cepat rusak, mudah haus dan patah. Ada satu koin yang dibuat pada tahun 1198 hijriah/1784 masehi yang terbuat dari tembaga dimana tertulis dalam huruf arab melayu ” Haza fulus Palembang 1198”.
Pengaruh budaya Arab dapat kita lihat pada uang koin kesultanan Palembang, semua koin Palembang menggunakan huruf Arab Melayu dan berbahasa Arab. Sayangnya tidak semua koin Palembang menggunakan penanggalan, hanya berisi tulisan yang berbunyi ” Alamat Sultan ”, Haza Fulus Palembang( Ini uang Palembang ), Sultan Fi Balad Palembang, masruf fi balad Palembang ”, dan lain-lain sehingga sulit dilacak kapan koin itu dibuat. Hampir semua koin Palembang hanya bertulis di satu sisi koin sedangkan sisi yang lain kosong. Penanggalan koin Palembang antara lain 913, 1023, 12, 13, 101, 113, 1113, 1091, 121, 123, 1123, 1125, 1162, 1163, 1183, 183, 1193, 193, 93, 1198, 1200, 1202, 1203, 203, 1211, , 1219, 19, 219, 1251, 252, 1253, 53.
Penggunaan nama Palembang Darussalam dapat kita lihat pada uang koin yang dibuat pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badarudin I Jayo Wikramo. Dari koin yang terbuat dari timah putih ini tertulis ” Khalifah Fi Balad Palembang Darussalam 1162 ”.
Uang koin termuda kesultanan Palembang adalah koin yang tertulis” Sultan Fi Balad Palembang 1253”, atau Sultan Negeri Palembang 1837 masehi, koin ini sedikit membingungkan karena koin ini dibuat setelah kesultanan Palembang secara resmi dihapus Belanda pada tanggal 17 Oktober 1825. Setelah Sultan Mahmud Badarudin II diasingkan, pejabat pribumi Palembang masih memakai gelar sultan tapi tak mempunyai kekuasaan sebagai sultan yang sesungguhnya, misalnya pada tahun 1840 Belanda mengangkat menantu Sultan Mahmud Badarudin II menjadi Regent Pangeran Perdana Menteri dengan gelar ”Pangeran Mangkunegara Cakrabuana Sultan Agung Alam Kabir Sri Maharaja Mutar Alam Senopati Martapura Ratu Mas Panembahan Raja Palembang” Dimana kedudukannya setingkat dibawah Residen Belanda.
Masih menjadi tanda tanya bagaimana cara penggunaan koin Palembang tersebut dalam perniagaan, karena tak ada satupun koin Palembang yang memuat nilai nominal. Mungkin untuk membedakan nilai tukar uang ada satu jenis koin yang memiliki tiga ukuran berbeda, seperti uang koin tahun 1219 H, yang berbunyi ’masruf fi balad Palembang 1219’. Uang koin nusantara yang ditemukan di Palembang antara lain koin kesultanan Malaka, Trengganu, Banten, Siak, Deli, Jambi dimana sebagian memuat nilai nominal dan yang lain tidak. Uang koin VOC juga tidak memuat nilai mata uang. Baru pada awal abad 19, setelah kekuasan VOC dihapus, keluar uang koin Nederland Indie yang memuat nilai mata uang.
Sedikitnya terdapat 50 macam jenis uang koin dari zaman Kesultanan Palembang, dengan berbagai macam ukuran dan bentuk. Bahkan terdapat koin tahun bertahun 1113 yang tertulis ”Sultan Fi Balad Palembang 1113” mempunyai hampir 20 corakan yang berbeda. Sayangnya, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dan Museum Negeri Sumatera Selatan, tidak mengkoleksi uang koin kesultanan Palembang.

Sriwijaya Post 2007

Monday, May 4, 2009

Koin Palembang Berangka 2513


Koin Palembang ini mungkin koin yang salah cetak atau mungkin saja koin palsu pada zaman itu. koin ini tertulis "Sultan fi Balad Palembang 2513".

Friday, February 20, 2009

Koin Terengganu Ditemukan Di Palembang


Dibuat diperkirakan pada akhir abad ke-18 sampai awal abad 19. Tertulis " Kali Malik Al Adil" sedangkan sebaliknya kosong. Terbuat dari timah putih. Koin Terengganu ini didapat di Palembang.

Thursday, February 19, 2009

Kesultanan Palembang Darussalam Dalam Perspestif Sejarah Numismatik

Oleh : K e m a s A r i, S.Pd.



Banyak cara untuk Mempelajari sejarah tak terkeculi Sejarah Kesultanan Palembang Darussalam, Pengkajian bisa dilakukan dengan memakai berbagai sumber baik Sumber Tertulis, Benda maupun Lisan. hal ini telah digariskan dalam disiplin ilmu sejarah. Numismatik adalah salah satu ilmu Bantu Sejarah yang sering digunakan oleh para Sejarawan, kolektor, pemerhati dan peminat sejarah. Bahkan Sejak abad pertengahan, terutama di Eropa para kolektor mulai tertarik mengumpulkan aneka mata uang untuk dijadikan sebagai koleksi. Lama kelamaan timbul ketertarikan para ilmuwan/Sejarawan.

Istilah ini berasal dari bahasa yunani nomisma dan dari bahasa latin numisma, yang berarti koin atau mata uang. Kata nomisma itu berasal dari kata dasar nomos yang berarti jumlah atau hukum berat. Berawal dari pengertian numismatik tersebut kemudian orang sering mengartikan uang sebagai sesuatu yang bisa digunakan dan diterima secara umum sebagai alat tukar, pengukur nilai, standar jual beli, standar utang dan garansi menanggung utang (Sukanti, dkk. 2001: hal. 7).

Dengan adanya penyebaran Islam di Indonesia maka mempengaruhi budaya masyarakat setempat seperti terlihat dari berbagai macam peninggalannya berupa masjid, batu nisan, serta mata uang dan lain sebagainya. Khusus mengenai mata uang yang ada pada saat itu memiliki ciri-ciri yang menunjukkan pengaruh Islam berupa tulisan dan bahasa Arab yang terdapat pada mata uang tersebut, akan tetapi sangat disayangkan pada koin Kesultanan Palembang Darussalam (KPD) tidak ditemukan nama Sultan berkuasa / yang memerintah pada saat uang tersebut dicetak, melainkan hanya berisi tulisan Seperti berikut ini “Masruf Fi Balad Palembang”, dan “Al Syulthon fi Balad Palembang”, dan “Hadza Fulus Palembang”, serta “Khalifah fi Balad Palembang Darussalam”. dan “Alamat Sultan”.

Hal ini berbeda dengan uang/koin kuno di Kesultanan yang lain adakalanya dicantunmkan alamat Sultan, tahun memerintah, atau nama raja yang sedang memerintah sewaktu mata uang tersebut dikeluarkan, contohnya pada koin/mata uang Samudera Pasai yang menyebutkan nama Sultan Muhammad Malik az Zahir as sultan al-die (Sukanti, dkk. 2001: hal. 15). Dan Koin Jambi yang bertuliskan Sultan Ratu Pangeran Taha, dan koin Malaka yang tertulis Muzaffar Shah al Syulthon, dan disisi sebaliknya tertulis Nasir al Dunia Wa’l Din yang berarti Sukses dunia dan agama. Pesebaran koin Palembang dan Koin Malaka ditemukan di antara kedua negeri. menurut Kenny Ong, Pemerhati koin nusantatara yang tinggal di Malaka, ini menunjukkan bahwa pada zaman itu telah terdapat hubungan dagang antara Palembang dengan Malaka (A. Khalik R. Muhibat, 2007: hal. 6).

Dari hasil pengamatan penulis diketahui Koin tertua tercatat tahun 913 H / 1506 M. dan Koin termuda tahun 1253 H / 1837 M. Sebagian besar uang/koin KPD terbuat dari timah putih. Hal ini disebabkan karena bahan baku yang banyak ditemukan di Wilayah KPD adalah timah putih di Kepulauan Bangka Belitung. Koin yang terbuat dari timah lebih cepat rusak, mudah aus, dan mudah patah. Namun juga ditemukan koin yang terbuat dari bahan tembaga yang tertulis dalam Huruf arab melayu “Hadza Fulus Palembang Sanah 1198 H” (Inilah Uang Palembang tahun 1784 M). Koin KPD selain tidak mencantumkan nama Sultan, hanya dicetak pada satu sisi saja (dicetak hanya sebelah) pada sebaliknya dibiarkan kosong atau polos.

Koin tertua KPD yang ditemukan berangka tahun 913 H./1506 M. Di koin tersebut tertulis “Al Syulthon fi Balad Palembang sanah 913 H”. ( Sultan di Negeri Palembang Tahun 913 H. atau 1506 M). ini menyatakan bahwa pada masa tersebut pengusa Palembang telah beragama Islam, meskipun tidak/belum secara terang-terangan (pemakaian gelar Sultan hanya sebatas di Mata Uang/koin) karena koin tersebut dicetak dengan menggunakan Huruf dan Bahasa Arab. Pada saat itu penyebaran agama Islam telah berkembang seiring dengan runtuhnya kekuasaan Kerajaan Majapahit di Indonesia, hal ini terbukti dengan adanya makam Ario Dilla/Ario Abdillah. Dilhat dari namanya telah bercirikan Islam. Kemudian ditemukan juga koin yang berangka tahun 1023 H / 1613 M. Di koin tersebut tertulis “Al Syulthon fi Balad Palembang sanah 1023 H”. ( Sultan di Negeri Palembang Tahun 1023 H. atau 1613 M). Koin ini dibuat Pada masa pemerintahan Pangeran Madi ing Angsoko yang memakai gelar Pangeran Ratu Sultan Jamaluddin Mangkurat II (PRSJM.II).

Kemudian pada tahun 1069-1118 H. / 1659-1706 M. Ki Mas Endi / Pangeran Ario Kesumo Abdurrahim memakai gelar Sultan Abdurrahman Kholifatul Mukminin Sayidul Imam. Selain memakai gelar Sultan Abdurrahman agama Islam dijadikan agama resmi kerajaan dengan mengganti Kerajaan Palembang menjadi Kesultanan Palembang Darussalam, pada masa pemeintahannya ditemukan 2 jenis Koin Palembang yang tertulis “Masruf Fi Balad Palembang Sanah 1091 H”. (Dicetak di Negeri Palembang tahun 1091 H atau 1677 M), dan “Al Syulthon fi Balad Palembang sanah 1113 H”. ( Sultan di Negeri Palembang Tahun 1113 H. atau 1699 M).

Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo (SMB.I) 1136-1171 H / 1724-1758 M. dicetak Koin KPD yang bertuliskan “Khalifah fi Balad Palembang Darussalam Sanah 1162 H”. (Pemimpin di Negeri Palembang Darussalam Tahun 1162 H atau 1748 M). Kemudian Koleksi koin KPD bertambah lagi ragamnya. Setelah ditemukan Koin yang dicetak pada tahun 1198 H. / 1784 M. yang bertuliskan “Hadza Fulus Palembang sanah 1198 H”. (Inilah Uang Palembang dibuat Tahun 1198 H atau 1784 M) koin dicetak pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Bahuaddin 1190-1218 H. / 1776-1803 M.

Sedikitnya, terdapat 20 corak/jenis koin zaman kesultanan Palembang Darussalam, dengan berbagai macam bentuk dan ukuran. Selain itu ditemukan juga peredaran mata uang/koin dari kesultanan Banten, Saik, Jvmbi, Deli, Malaka, Trengganu, serta VOC, dan Cina. Sebagian besar koin tersebut tidak mencantumkan nilai tukvr (nominalnya). Baru pada awal abad ke-19, setelah kekuasaan VOC dihapuskan, dikeluarkan mata uang/koin nederland Indie yang memuat nilai tukar /nominal.

http://fps2b.blogspot.com/2007/10/kesultanan-palembang-darussalam-dalam.html

Wednesday, February 18, 2009

Koin Palembang Tahun 1123 Hijriah


Koin ini terbuat dari timah putih, tertulis 'Sultan Fi Balad Palembang 123, artinya Sultan Negara Palembang 123. Tahun 123 di sini maksudnya tahun 1123 hijriah.

Tuesday, February 17, 2009

Koin Inggris Yang Beredar Di Bengkulu










Koin zaman penjajahan Inggris ini beredar di bengkulu. Sebenarnya koin ini tak hanya beredar di bengkulu tapi juga di seluruh Indonesia. Koin ini koleksi dari volkenkunde museum-Belanda.

Monday, February 16, 2009

Brass pitis (cash) of the Sultanate of Palembang


From the twelfth to the fifteenth century, many Chinese square-holed bronze coins (known as cash) were imported into the Malay peninsula and the islands which make up modern-day Indonesia, including Sumatra. The imported cash became the standard form of small change in the region. From the seventeenth century, local copies, called pitis, were made, often inscribed in Arabic script, because most of the local people had become Muslims.

This pitis from Sumatra is inscribed in Arabic: 'copper coin in the kingdom of Palembang, year 1198'. The year, given according to the Muslim calendar, is equivalent to AD 1783. The reverse of the coin is blank.

J. Cribb, B. Cook and I. Carradice, The coin atlas (London and Sydney, Macdonald Illustrated, 1990)

Source : British Museum

Saturday, February 14, 2009

Museum Bank Mandiri

Peti Kuno
Radio
Koleksi souvenir dari bank Mandiri
Aneka Mesin Tik
Timbangan
Buku Induk tahun 1830

Museum Bank mandiri ini terletak di Kota, jakarta. Gedungnya merupakan gedung kuno, cikal bakal Bank Mandiri. Terdapat banyak sekali koleksi yang berhubungan dengan Bank Mandiri di Museum ini.

Sunday, February 1, 2009

ORI Sumatera Selatan


Uang kertas Republik Indonesia terbitan Sumatera Selatan tahun 1945-1949 yang terdapatdi Museum Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah

Thursday, January 22, 2009

Alamat Sultan


Menurut Wiliam Marsden tahun 1811 dalam buku History of sumatra, mata uang Palembang yang dikeluarkan oleh Kesultanan Palembang Darussalam disebut pitis. Digunakan terutama antar penduduk Kesultanan Palembang Darussalam. Untuk perdagangan dengan orang asing memakai mata uang Spanyol. Terbuat dari campuran timah hitam dan putih. Uang ini berlubang di tengah yang berbentuk bujur sangkar (seperti uang kepeng Cina). Pitis dirangkai sebanyak 500 keping. Menurut Verhandelingan van het bataviaasch Genootschap, setiap 16 rangkai bernilai 1 dolar. Jika ditimbang, emas 1 tail dianggap 1/10 kati atau senilai 2/4 dolar spanyol.

Dari gambaran yang disampaikan Wiliam Marsden tersebut, tampaknya uang pitis tersebut adalah uang Palembang adalah uang yang tertulis " alamat sulthan". Memang uang ini berbentuk bulat, dengan lubang bujur sangkar.




Wiliam Marsden tampaknya tidak mengetahui, bahwa uang Kesultanan Palembang bukan hanya itu, ada juga koin Palembang berbentuk bulat tanpa lubang, koin segi enam dengan lubang segi enam dan lain-lain. Dan ada juga uang Kesultanan Palembang yang terbuat dari tembaga.

Tuesday, January 20, 2009

Kehidupan Di Sungai Musi




Sungai Musi, sumber untuk mencari kehidupan.

Masjid Agung Palembang


Masjid Agung Palembang